Sebuah kisah nyata yang diangkat dan difilmkan oleh Zee Studios dan Emmay Entertainment. Mengisahkan tentang perjuangan seorang ibu yang mencoba memperoleh kembali hak asuh kedua anaknya di negara Norwegia.
Film ini dibintangi oleh Rani Mukerji setelah ia absen sejak tahun 2021 dan terakhir tampil dalam film layar lebar berjudul Bunty Aur Babli 2. Mrs. Chatterjee vs. Norway disutradarai oleh Ashima Chibber, dengan durasi film sepanjang 2 jam 13 menit.
Rani Mukerji memerankan seorang ibu (Sagarika Chatterjee) dari dua orang anak yang mengikuti suaminya (Anup Chatterjee), yang bekerja di sebuah perusahaan pertambangan minyak Norwegia.
Kepindahan mereka ke negara asing bukan tanpa masalah. Beberapa penyesuaian harus dilakukan, termasuk mengikuti kebiasaan dan pola hidup serta aturan ketat yang berlaku di Norwegia.
Permasalahan kian memanas saat Sagarika Chatterjee dianggap tak becus mengasuh anak dengan pola kebiasaan hidup yang terus menerus diterapkan dari negara asalnya yaitu India. Keseharian keluarga India tentu berbeda dengan keseharian keluarga Norwegia.
Beberapa hal tampak berbenturan dan menimbulkan percikan masalah yang tak lagi kecil. Seperti misalnya budaya patriarkhi yang kental hingga larangan menyuapi anak menggunakan tangan saat makan.
Anak-anak pasangan Chatterjee akhirnya dibawa paksa tanpa persetujuan ibunya. Mereka lantas diasuh oleh orangtua asuh baru, dibawah pengawasan Lembaga Kesejahteraan Norwegia yaitu Velfred.
Perjuangan demi perjuangan dilakukan oleh sang ibu, demi mendapatkan kembali buah hatinya. Ia dikhianati oleh negara, keluarga besar suami bahkan suaminya sendiri.
Sagarika Chatterjee harus berjuang seorang diri melawan arogansi negara yang mencoba memisahkan ibu dan anak, dengan dalih demi keamanan dan keberlangsungan hidup layak sang anak.
Film Mrs. Chatterjee vs. Norway sesungguhnya diangkat dari kisah nyata yang dibukukan dengan judul The Journey of a Mother karya Sagarika Chakraborty, yang menjadi best seller ditahun 2021. Kisah ini bahkan sempat memicu pertikaian antara dua negara yaitu India dan Norwegia.
Seolah ingin memunculkan benang merah yang menjadi penegas pada hampir seluruh film India, Mrs. Chatterjee vs. Norway juga mengangkat isu kekuatan wanita di tengah tebalnya tembok fakta budaya patriarkhi, yang hingga kini masih sulit untuk ditembus.
Rani Mukerji begitu pandai menyeret emosi penonton untuk ikut merasakan beratnya perjuangan yang ia lakukan demi buah hatinya. Bukan sekedar melawan lembaga namun ia melawan arogansi sebuah negara maju, meski ia hanya seorang wanita berpendidikan rendah yang nyaris tak bisa berbahasa asing.
Maka layak jika diawal scene film ditampilkan kutipan dari Rudyad Kipling, “God could not be everywhere, and therefore He made mothers”.
Pantau info terbaru perempuanriang.com di Google News