Mixed By Erry (2023) adalah film yang siap membawa imaji penonton pada romansa tahun 80-90 an. Jadul sih, tapi menarik untuk dinikmati. Bagi kaum teenlit, film ini dijamin akan menambah referensi gaya berbusana, gaya rambut, tren musik bahkan kilas peristiwa fenomenal yang terjadi pada kurun waktu tersebut.
Celana baggy jeans, rambut keriting dan sederet nama-nama band musik yang barangkali samasekali asing untuk di dengar.
Mixed By Erry juga tontonan dengan gaya visual vintage yang kaya warna, lengkap dengan soundtrack pop yang ringan untuk bernostalgia.
Mixed By Erry dibuka dengan adegan Erry Frattasio yang disambut bak pahlawan oleh teman-teman barunya di sebuah penjara, di awal tahun 90 an.
Cerita lantas bergulir mundur, flashback ke tahun 1976. Dimana 3 orang anak (Frattasio bersaudara) yang hidup di sebuah perkampungan sederhana, terpaksa harus membantu sang ayah bekerja.
Mereka meracik minuman ilegal yang dikemas dalam sebuah botol wiski bekas. Agar mirip dengan produk aslinya, mereka berupaya merebus daun teh hingga kadar warna mendekati aslinya. Scene ini seperti dibuat untuk menunjukkan pesan, jika keturunan Frattasio sejak kecil akrab dengan tindakan ilegal.
Waktu kemudian ditarik pada akhir tahun 80 an. Dimana Erry sehari-hari bekerja sebagai tukang kebersihan di sebuah toko rekaman dan elektronik Forcella.
Dalam keseharian di waktu senggangnya, Erry seringkali merangkai beberapa pilihan musik untuk dijadikan sebuah kompilasi. Mixed By Erry menunjukkan betapa piawai Erry dalam memilah musik yang sedang digemari saat itu.
Sesungguhnya Erry bercita-cita menjadi seorang DJ. Namun ia ditolak saat mencoba melamar pekerjaan itu dan bahkan dipandang sebelah mata karena dianggap tak punya cukup pengalaman sebagai DJ.
Kakak Erry, Peppino Frattasio, lantas meminta Erry untuk mengembangkan keahliannya meracik musik dan menjual hasil racikan itu ke pasaran.
Ia tampaknya mencium bakat sang adik yang cukup mahir mencampur beberapa musik, menjadi kompilasi hits kaya pendengar. Diluar dugaan, rencana itu berhasil dan mendatangkan keuntungan besar tak terduga, yang sukses membawa mereka menjadi pengusaha kaset bajakan yang cukup diperhitungkan di Italia masa itu.
Frattasio bersaudara menangguk keuntungan yang tidak main-main. Dibawah nama usaha Mixed By Erry, mereka berhasil memproduksi sebanyak 180 juta kaset bajakan.
Banjir permintaan dari para konsumen selalu bisa terpenuhi. Erry seperti tahu benar musik yang digemari saat itu. Berbagai genre ia sediakan mulai dari The Jackson 5, Gloria Jones, Madonna, Soft Cell, Alpha Ville, U2 hingga Duran-duran.
Masalah mulai muncul, saat seorang agen Dinas Keuangan Italia mengendus bisnis Erry. Ia begitu ingin menangkap dan menutup usaha pembajakan perusahaan Mixed By Erry.
Ia rutin memantau capaian sukses yang dilakukan Frattasio bersaudara, sambil berupaya mencari celah untuk menjatuhkan mereka.
Beberapa perusahaan label rekaman juga geram, karena pembajakan atas hasil karya mereka sudah ramai bermunculan di pasaran, meski album baru saja dirilis dalam hitungan jam. Mereka menuduh Erry memiliki sumber informasi yang menjadi penopang bisnis kompilasi musik ilegal yang dijalankannya.
Munculnya tekhnologi cakram padat atau Compact Disc juga menjadi konflik yang digulirkan selanjutnya dalam film Mixed By Erry.
Erry terlihat begitu terpesona sekaligus panik, saat melihat piringan tipis itu dipajang di sebuah etalase toko, saat ia tengah dalam perjalanan pulang ke Napoli. Saat itu ia baru saja menyelesaikan kontrak bernilai milyaran lira, dengan sebuah perusahaan penyedia kaset kosong.
Mixed By Erry berdurasi sepanjang 1 jam 52 menit. Dan selama waktu itu, penonton tidak hanya disuguhi oleh tampilan gaya anak muda masa itu, namun juga sederet soundtrack lagu-lagu ringan yang mudah dikonsumsi. Diantaranya dari The Jackson 5, New Trolls, Run DMC, dan Eurythmics.
Karakter Erry seperti mengingatkan kita pada Robin Hood yang mencoba mengaburkan sisi hitam dan putih sebuah tindakan kejahatan.
Erry sesungguhnya hanya mencoba memenuhi keinginan masyarakat bawah, yang ingin menikmati musik tanpa terjebak mahalnya harga album kaset.
Tentu saja hal ini menjadi ancaman untuk keberlangsungan perusahaan label, akibat kekhawatiran penguasaan pasar oleh orang-orang semacam Erry.
Berlatar kejadian nyata, Sutradara Sydney Sibilia mencoba memvisualkan perjalanan hidup Frattasio bersaudara, sebelum akhirnya mereka didakwa sebagai pelaku kejahatan illegal.
Enrique (Erry), Peppino, dan Angelo dihukum penjara 4 tahun 6 bulan, setelah mereka terbukti melakukan pemalsuan, kepemilikan dan penyelundupan kaset musik dan cakram padat (compact disc).
Pantau info terbaru perempuanriang.com di Google News