Pernahkah anda mengalami sebuah pengalaman berbelanja yang seolah-olah tak terkendali? Setelah selesai membeli sebuah barang, anda tetap terpicu untuk mencari dan justru kalap berbelanja barang-barang lain guna menyertai barang sebelumnya yang telah anda beli.
Misalnya setelah anda puas berbelanja sebuah baju maka anda akan berpikir untuk membeli perlengkapan selain baju seperti tas, sepatu atau justru perhiasan. Pola konsumtif berbelanja tak terbendung inilah yang mengindikasikan jika anda telah terkena efek Diderot.
Efek Diderot mengacu pada fenomena di mana memperoleh suatu barang baru yang menonjol dalam hal kualitas atau nilai, dapat memicu perubahan dalam seluruh gaya hidup seseorang yang mungkin tidak diinginkan atau tidak direncanakan.
Dengan kata lain Diderot efek merupakan fenomena sosial yang selalu berusaha memenuhi daftar keinginan dan tidak dapat membedakannya dengan kebutuhan. Oleh karena itu, perlu bijak membedakan antara kebutuhan dan keinginan agar tidak boros, menjauhi sikap impulsive buying, dan tidak terjerat utang.
Istilah efek Diderot berasal dari filsuf abad ke-18 bernama Denis Diderot, yang menggambarkan pengalamannya setelah menerima sebuah jubah yang baru.
Diderot awalnya memiliki sejumlah barang-barang yang sederhana dan serasi, tetapi setelah menerima jubah baru yang sangat bagus sebagai hadiah, ia merasa bahwa jubah itu menonjol dan membuat barang-barang lainnya tampak buruk.
Dalam rangka untuk membuat semuanya sejalan dengan jubah yang baru, Diderot mulai membeli barang-barang lain yang sejalan dengan gaya dan kualitas jubah tersebut.
Proses ini menghasilkan peningkatan pengeluaran yang tidak terduga dan mempengaruhi gaya hidupnya secara keseluruhan.
Denis Diderot (1713-1784) adalah seorang filsuf, penulis, dan penyunting asal Prancis pada abad ke-18. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam gerakan Pencerahan di Prancis. Diderot merupakan salah satu intelektual paling penting pada zamannya dan berkontribusi dalam berbagai bidang seperti filsafat, sastra, seni, dan sains.
Diderot memiliki pemikiran yang maju pada masanya. Ia mendukung pemikiran rasional dan mengkritik dogma agama serta otoritas absolutisme. Diderot juga menjadi pendukung hak asasi manusia dan kebebasan berpikir.
Jadi, meskipun Diderot tidak secara langsung terkait dengan konsep pola negatif berbelanja, ia memiliki pandangan kritis terhadap konsumsi yang berlebihan dan memandangnya sebagai hal yang tidak sehat bagi individu dan masyarakat.
Dalam karyanya, termasuk esai-esainya tentang seni dan perdagangan, Diderot seringkali mengkritik kebodohan manusia dalam menghargai benda-benda material dan kecenderungan mereka untuk terjerat dalam hiruk-pikuk keinginan dan kepemilikan.
Ia menyadari bahwa kebahagiaan sejati dan pemenuhan batin tidak dapat dicapai melalui harta benda semata, melainkan melalui pengetahuan, kebijaksanaan, dan pemikiran yang bebas.
Efek Diderot telah menjadi konsep yang sering digunakan dalam bidang ekonomi dan konsumen. Ini menggambarkan bagaimana memperoleh satu barang yang mewah atau istimewa, dapat memicu keinginan untuk memiliki barang-barang lain yang sejalan dengannya.
Kondisi ini akan dapat menyebabkan pengeluaran yang berlebihan atau perubahan yang tidak terduga dalam gaya hidup seseorang.
Pantau info terbaru perempuanriang.com di Google News
1 Comment
Pingback: Empat Dampak Negatif Pola Konsumtif ala Diderot | perempuanriang.com