Jakarta (perempuanriang.com) – Retno Lestari Priansari Marsudi, atau yang akrab dikenal sebagai Retno Marsudi, lahir di Semarang, Jawa Tengah, pada 27 November 1962.
Ia menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, dengan jurusan Hubungan Internasional, kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana di bidang Hukum Uni Eropa di Haagse Hogeschool, Belanda.
Sebagai diplomat yang berpengalaman, Retno memulai kariernya di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) dan sejak saat itu terus menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam dunia diplomasi.
Karirnya kian bersinar ketika ia dipercaya menjadi Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Islandia, menjadikannya perempuan pertama yang menduduki posisi ini.
Selama menjabat, ia berhasil memperkuat hubungan bilateral melalui berbagai inisiatif, termasuk kerja sama energi dan lingkungan. Pada 2014, ia diangkat oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Luar Negeri, menjadikannya tokoh kunci dalam kebijakan luar negeri Indonesia.
Dalam perannya, Retno telah membawa Indonesia aktif dalam berbagai forum internasional, seperti G20, ASEAN, dan PBB, serta berhasil memimpin upaya penyelesaian konflik diplomatik di kawasan.
Menteri Luar Negeri Perempuan Pertama Indonesia
Komitmen dan kerja kerasnya terus diakui di level global. Pada 1 November lalu, Retno Marsudi mengumumkan kabar penting melalui akun Instagram pribadinya. Ia ditunjuk sebagai Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk isu air pertama, sebuah posisi strategis dan krusial yang menandai era baru kepemimpinannya dalam urusan global.
Pengangkatan ini mencerminkan pengakuan dunia terhadap kontribusi Retno dalam menciptakan solusi diplomasi yang berorientasi pada keberlanjutan dan perdamaian.
Retno Marsudi juga mencetak sejarah sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu) perempuan pertama dalam sejarah Indonesia, melanjutkan jejak 17 pendahulunya yang semuanya laki-laki.
Penunjukannya oleh Presiden Joko Widodo pada 2014 menjadi titik balik dalam perjalanan politik Indonesia yang selama ini didominasi oleh kepemimpinan laki-laki.
Selama menjabat, Retno dikenal dengan perannya yang strategis dalam memperkuat posisi Indonesia di berbagai forum internasional, termasuk G20 dan ASEAN.
Persoalan Gender dalam Sorotan
Sayangnya, perjalanan Retno Marsudi sebagai Menlu tidak lepas dari tantangan, termasuk seperti pernyataan seksis dari Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, “Saya kira Menlu yang akan datang sudah dibukakan karpet merah gitu ya, untuk kemudian melanjutkan minimal sama yang dilakukan Ibu Menlu. Bahkan harusnya lebih karena kemungkinan besar Menlu yang akan datang adalah laki-laki, mestinya lebih berani daripada Bu Menlu.”
Pernyataan ini memunculkan kritik luas karena dianggap meremehkan kemampuan perempuan dalam memimpin. Banyak pihak menilai komentar semacam ini mencerminkan bias gender yang masih kuat di masyarakat Indonesia, yang sering mengukur kompetensi berdasarkan jenis kelamin, bukan kemampuan.
Kepemimpinan Retno Marsudi membuktikan bahwa perempuan mampu menjadi pemimpin yang efektif dan berdampak, bahkan di negara dengan budaya patriarkal seperti Indonesia. Kehadirannya sebagai Menteri Luar Negeri perempuan pertama membuka jalan bagi perubahan sosial yang lebih inklusif, meskipun tidak terlepas dari tantangan dan bias gender.
Di tengah perjuangan kesetaraan, Retno menjadi bukti nyata bahwa kompetensi tidak ditentukan oleh jenis kelamin, melainkan oleh visi, kerja keras, dan integritas. Kepemimpinannya tidak hanya menginspirasi banyak perempuan untuk meraih mimpi tanpa terhalang stereotip, tetapi juga membawa diplomasi Indonesia semakin dihormati di kancah internasional.
Persepsi masyarakat terhadap pemimpin perempuan pun perlahan berubah, terutama dengan meningkatnya kesadaran generasi muda yang lebih menghargai kesetaraan gender dan menilai kemampuan individu di atas stereotip tradisional. Meski tantangan tetap ada, dukungan bagi perempuan untuk memimpin terus tumbuh.
Retno Marsudi menjadi simbol bagaimana ketekunan, dedikasi, dan keahlian mampu mengatasi hambatan sosial, sekaligus membuktikan bahwa kepemimpinan sejati lahir dari kualitas dan kontribusi nyata bagi masyarakat dan dunia. (tia)
Pantau info terbaru perempuanriang.com di Google News