Surabaya (perempuanriang.com) – Kesetaraan gender telah menjadi isu global yang terus diperjuangkan, namun masih banyak hambatan yang menghalangi terwujudnya cita-cita ini.
Dari norma sosial yang kaku hingga ketimpangan ekonomi, perempuan di berbagai belahan dunia masih menghadapi tantangan besar dalam mencapai kesetaraan. Berikut adalah beberapa hambatan utama yang perlu diatasi:
1. Norma Sosial dan Budaya Patriarki
Banyak masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai patriarki yang menempatkan laki-laki sebagai pemimpin utama dalam pengambilan keputusan, baik di ranah keluarga, pekerjaan, maupun politik. Perempuan sering kali diharapkan untuk fokus pada peran domestik, seperti mengurus rumah tangga dan merawat anak, sehingga kesempatan untuk mengejar karier atau pendidikan tinggi menjadi terbatas.
2. Ketimpangan Ekonomi dan Akses Pekerjaan
Meskipun memiliki kualifikasi yang sama, perempuan masih mengalami kesenjangan upah dibandingkan laki-laki. Di beberapa negara, perempuan hanya mendapatkan 78 persen dari upah yang diterima laki-laki untuk pekerjaan yang setara. Selain itu, industri dan posisi kepemimpinan masih didominasi oleh laki-laki, membuat akses perempuan ke jenjang yang lebih tinggi menjadi lebih sulit.
3. Kurangnya Akses ke Pendidikan
Di beberapa negara, terutama di daerah terpencil atau miskin, perempuan masih kesulitan mendapatkan akses ke pendidikan tinggi. Faktor ekonomi, sosial, dan budaya sering menjadi penghalang. Padahal, pendidikan adalah kunci utama untuk membuka peluang yang lebih besar bagi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi dan politik.
4. Kekerasan Berbasis Gender
Kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan diskriminasi masih menjadi ancaman besar bagi perempuan di banyak negara. Sayangnya, kurangnya penegakan hukum terhadap pelaku membuat kasus-kasus ini sering tidak tertangani dengan baik. Data menunjukkan bahwa 1 dari 3 perempuan di dunia pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual selama hidupnya.
5. Stereotip Gender dalam Media dan Masyarakat
Representasi perempuan dalam media sering kali terjebak dalam peran yang terbatas, seperti sosok yang lemah atau hanya berfokus pada kecantikan. Stereotip ini memperkuat anggapan bahwa perempuan kurang kompeten dalam bidang kepemimpinan atau pengambilan keputusan penting. Hal ini juga memengaruhi persepsi masyarakat terhadap kemampuan perempuan di ranah publik.
6. Kurangnya Keterlibatan Perempuan dalam Politik dan Kepemimpinan
Meskipun ada peningkatan dalam partisipasi perempuan di dunia politik, jumlahnya masih jauh dari ideal. Hanya sekitar 25 persen kursi parlemen di dunia yang diduduki oleh perempuan. Dominasi laki-laki dalam pengambilan keputusan sering kali membuat kebijakan yang berpihak pada kesetaraan gender kurang mendapatkan dukungan.
7. Beban Ganda (Double Burden)
Banyak perempuan yang harus menjalankan tugas ganda, yaitu bekerja sekaligus mengurus rumah tangga. Kurangnya kebijakan yang mendukung, seperti cuti melahirkan yang layak atau fasilitas penitipan anak, membuat perempuan kesulitan menyeimbangkan karier dan kehidupan pribadi. Di Indonesia, misalnya, hanya 30 persen perusahaan yang menyediakan fasilitas penitipan anak bagi karyawan perempuan.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan ini, diperlukan komitmen bersama dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, seperti peningkatan akses pendidikan, penegakan hukum terhadap kekerasan berbasis gender, serta dukungan bagi perempuan dalam dunia kerja dan politik, harus menjadi prioritas. (tia)
Pantau info terbaru perempuanriang.com di Google News