Menyambut Hari Kartini lalu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menghadirkan sosok perempuan yang konsisten berkarya dan berprestasi di bidangnya dalam Diskusi Publik ‘Kartini Indonesia dan Ilmu Pengetahuan’ yang diselenggarakan Kamis (18/4/2019) di Bogor, Jawa Barat.
“Selain menjadi peringatan atas jasa RA Kartini, momentum Hari Kartini juga menegaskan kembali kiprah nyata peran perempuan masa kini dalam mengarusutamakan ilmu pengetahuan bagi masyarakat dan bangsa serta peran sebagai istri dan ibu,” jelas Sekretaris Utama LIPI, Nur Tri Aries Suestiningtyas.
Ia menjelaskan, LIPI memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perempuan untuk berkarya dan berkontribusi bagi bangsa lewat ilmu pengetahuan.
Kegiatan diskusi publik akan menghadirkan Kartini-Kartini LIPI yang karyanya akan menginspirasi para perempuan Indonesia untuk maju dan mengambil peran penting dalam ilmu pengetahuan.
Pertama adalah Myrtha Karina Sancoyorini. Profesor Riset yang merupakan peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI ini mengkaji lignoselulosa untuk bahan yang ramah lingkungan, salah satunya bioplastik dari limbah fermentasi air kelapa.
“Dalam kondisi kering, nata yang merupakan fermentasi air kelapa bersifat sangat kaku sehingga sangat sesuai untuk plastik yag bersifat kaku. Untuk aplikasi yang memerlukan elastisitas tinggi dan transparan, nata dapat di rekayasa menggunakan modifier,” jelasnya.
Kedua, Djunijanti Peggie, peneliti sistematika kupu-kupu dari Pusat Penelitian Biologi LIPI mengajak masyarakat mengenali tentang dunia kupu-kupu dalam perspektif yang berbeda.
“Kita dapat belajar berbagai hal dari kupu-kupu. Dari hal yang tidak mungkin dan tidak terbayangkan, dapat terjadi ternyata sungguh dialami oleh kupu-kupu,” ungkap Peggie yang merupakan doktor kupu-kupu pertama di Indonesia lulusan perguruan tinggi luar negeri, tepatnya Cornell University, Amerika Serikat.
Ketiga, peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Sri Yudawati Cahyarini mengingatkan tentang perubahan iklim melalui bidang paleoclimate.
“Paleoclimate penting untuk semakin memahami fenomena iklim melalui pengetahuan kondisi iklim di masa lampau lewat data parameter iklim dalam waktu yang panjang yang tidak terjangkau oleh data pengukuran,” jelas Yudawati.
Untuk mendapatkan data-data tersebut, dirinya melakukan penelitian arsip-arsip iklim seperti koral, sedimen laut dan danau.
Terakhir adalah Anne Kusumawaty, ilustrator botani dari Herbarium Bogoriense Pusat Penelitian Biologi LIPI. Menurutnya, ilustrasi botani memegang peran penting untuk menjelaskan tentang spesifikasi botani.
“Ilustrasi adalah bagian dari Botani yang sangat penting seiring perkembangan ilmu pengetahuan untuk mengungkap karakter tumbuhan yag di perlukan,” jelas Anne yang karyanya baru-baru ini dipamerkan dalam ajang Margaret Flockton Award Exhibition 2019 yang diselenggarakan oleh The Royal Botanic Garden Sydney, Australia. (sem)
Pantau info terbaru perempuanriang.com di Google News