Ada legenda menarik yang muncul dari Canaria, kepulauan yang terdiri dari tujuh pulau vulkanik di Samudra Atlantik.
Saat itu, tahun 1700-an, sejumlah imigran dari kepulauan ini datang dan menetap di San Antonio, Texas. Dalam situasi adapatasi yang panjang, mereka memperkenalkan cabai.
Hingga tahun 1828, tak ada satupun orang yang bisa menyebut nama pasti buah sayuran ini. Hingga JC Clopper, warga Houston, memperkenalkannya dengan sebutan <i>chili</i>.
Delapan tahun kemudian, muncul sebuah kios dengan hiasan perempaun berpakaian seperti Ratu Cabai. Simbol ini langsung jadi pembicaraan hangat, bersumber dari pelanggan yang datang bertubi-tubi.
“Rasanya unik. Membuat lidah terbakar. Tapi bikin ketagihan,” kata para pembeli yang berdatangan ke Ratu Cabai.
Sensasi itu pun sampai ke sejumlah pejabat pemerintahan. Hingga tahun 1977, legislatif Texas menyatakan jika cabai adalah hidangan resmi.
Cerita ini berkembang turun temurun di San Antonio. Yang jelas, sejak saat itu Texas lekat dengan makanan pedas. Meski seiring waktu, di banyak resto di kawasan ini, rasa pedas kerap dipahami sebagai bubuk lada. Sementara di resto tradisional, rasa pedas justru bersumber dari bubuk cabai kering.
Kalau kamu sendiri lebih suka yang mana? Padas lada atau cabe?
Pantau info terbaru perempuanriang.com di Google News