Surabaya (perempuanriang.com) – Fenomena baper (terbawa perasaan) sering dikaitkan dengan perempuan, tetapi anggapan ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar dan cenderung stereotip.
Baper adalah reaksi emosional yang wajar dan manusiawi, yang bisa dialami oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Namun, ada beberapa alasan mengapa baper sering dianggap lebih banyak dialami perempuan:
1. Perbedaan Sosial dan Budaya
Secara budaya, perempuan sering dianggap lebih ekspresif dalam menunjukkan emosi, seperti sedih, marah, atau kecewa. Ini membuat orang lebih cepat mengaitkan baper dengan perempuan.
Sebaliknya, laki-laki cenderung diajarkan untuk menahan emosi agar dianggap kuat, sehingga perasaan mereka mungkin tidak terlihat.
2. Perbedaan Biologis
Penelitian menunjukkan bahwa hormon seperti estrogen dapat memengaruhi cara perempuan merasakan dan mengekspresikan emosi, terutama pada situasi tertentu seperti menstruasi atau kehamilan.
Namun, ini bukan berarti laki-laki tidak memiliki emosi yang sama. Hormon seperti testosteron juga memengaruhi respons emosi, meskipun sering diekspresikan secara berbeda, seperti dalam bentuk agresi.
3. Stereotip Gender
Dalam masyarakat, perempuan sering dikaitkan dengan sifat empati dan sensitif, yang bisa membuat mereka lebih terlihat “baper” ketika menghadapi situasi tertentu.
Laki-laki juga bisa baper, tetapi ekspresi mereka mungkin kurang diperhatikan atau diartikan berbeda.
4. Perbedaan Komunikasi Emosional
Penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih sering membahas emosi mereka dalam percakapan, sehingga orang lebih menyadari ketika mereka merasa baper.
Laki-laki cenderung memendam atau mengekspresikan emosi mereka secara tidak langsung.
Baper bukanlah sesuatu yang eksklusif dialami oleh perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan sama-sama bisa mengalami baper, tetapi cara mereka menunjukkan atau mengekspresikan emosi tersebut sering kali berbeda karena faktor biologis, sosial, dan budaya.(tia)
Pantau info terbaru perempuanriang.com di Google News