Surabaya (perempuanriang.com) – Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) diperingati setiap tanggal 8 Maret sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan perempuan dalam meraih kesetaraan hak.
Perayaan ini berawal dari gerakan buruh di awal abad ke-20, ketika para perempuan menuntut kondisi kerja yang lebih baik, hak suara, dan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan.
Hari Perempuan Internasional pertama kali diperingati pada tahun 1911 di beberapa negara seperti Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss. Seiring waktu, peringatan ini semakin diakui secara global, hingga akhirnya pada tahun 1977, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi menetapkan 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional.
Tema Hari Perempuan Internasional 2025
Tema Hari Perempuan Internasional tahun 2025 ini adalah Accelerate Action (Mempercepat Aksi), menyoroti pentingnya percepatan dalam mencapai kesetaraan gender di berbagai bidang, termasuk ekonomi, pendidikan, politik, dan sosial.
Dengan teknologi yang semakin maju serta kesadaran yang semakin tinggi, dunia diharapkan bisa mengambil langkah konkret yang lebih cepat dan efektif dalam memberdayakan perempuan.
Percepatan aksi ini mencakup pemberian akses yang lebih luas bagi perempuan dalam dunia kerja, mendorong kepemimpinan perempuan di berbagai sektor, serta melawan segala bentuk diskriminasi dan kekerasan berbasis gender.
Tema ini mengajak semua pihak, baik individu, organisasi, maupun pemerintah, untuk berperan aktif dalam menciptakan perubahan yang nyata.
Pesan Moral dari Hari Perempuan Internasional
Hari Perempuan Internasional bukan sekadar perayaan, tetapi juga momentum refleksi dan aksi nyata. Beberapa pesan moral yang dapat diambil dari peringatan ini antara lain:
Kesetaraan adalah Hak Semua Orang
Perempuan berhak mendapatkan kesempatan yang sama dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial tanpa adanya diskriminasi.
Perubahan Dimulai dari Kesadaran
Penting bagi masyarakat untuk menyadari tantangan yang masih dihadapi perempuan dan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.
Aksi Nyata Lebih Berarti dari Sekadar Simpati
Tidak cukup hanya mendukung kesetaraan gender dalam kata-kata; tindakan nyata seperti mendukung kebijakan pro-perempuan dan memberdayakan mereka dalam berbagai aspek kehidupan harus dilakukan.
Pendidikan sebagai Kunci Pemberdayaan
Melalui pendidikan, perempuan lebih sadar akan hak-haknya, seperti hak untuk bekerja, mendapatkan upah yang layak, serta bebas dari diskriminasi dan kekerasan berbasis gender. Tak hanya itu, Perempuan berpendidikan cenderung mendidik anak-anak mereka, sehingga menciptakan siklus positif bagi generasi berikutnya. (tia)
Pantau info terbaru perempuanriang.com di Google News