Masih banyak remaja yang belum peduli dan mendapatkan akses edukasi yang baik mengenai kesehatan dan kebutuhan gizi mereka. Padahal, kesehatan remaja di masa kini merupakan investasi di masa depan untuk melahirkan generasi Indonesia selanjutnya yang terbebas dari stunting. Apalagi melihat di tahun 2030 mendatang, Indonesia akan mengalami bonus demografi.
Guna menyiapkan sumberdaya manusia, yang cerdas dan kompetitif, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) melalui Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik menyelenggarakan Forum Sosialisasi Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) yang bertempat di Go Hotel Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Rabu (7/8/2019).
Bersama Pemerintah Kabupaten Sikka, Kementerian Kominfo, selaku koordinator kampanye nasional penurunan prevalensi stunting, menggandeng remaja untuk mengedukasi siswa SMA maupun mahasiswi untuk lebih peduli akan permasalahan stunting melalui Program Genbest.
“Saat ini masih banyak remaja yang tidak memperhatikan kebutuhan gizinya. Pola konsumsi gizi pada remaja saat ini rata-rata kurang terarah. Banyak remaja putri yang menjalani diet tidak sehat karena terobsesi memiliki tubuh langsing, sehingga mereka lupa mengonsumsi gizi yang seimbang,” ujar Kasubdit Informasi dan Komunikasi Kesehatan, Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia, Kemenkominfo, Marroli J. Indarto.
Menurut Marolli, pencegahan stunting akan dapat menyiapkan sumberdaya manusia Indonesia yang kompeten untuk menghadapi bonus demografi tahun 2030. “Tahun itu, diperkirakan 68 persen penyangga ekonomi Indonesia adalah usia produktif yang lahir saat ini. Pemerintah tidak ingin sumber daya manusia ini mundur sebelum pertandingan global karena kalah kompetisi akibat stunting,” tegasnya.
Dalam Forum Sosialisasi Genbest, para peserta yang terdiri dari para remaja putri dari 10 desa prioritas stunting di Kabupaten Sikka, para perwakilan siswa dan siswi SMA dan SMK, perwakilan mahasiswa dan mahasiswi Universitas maupun sekolah tinggi di Sikka, serta anggota komunitas pemuda di Sikka akan mendapatkan edukasi seputar stunting, wawasan pemenuhan gizi yang seimbang, dan cara menjalani pola hidup sehat.
“Kominfo juga berharap dengan adanya Forum Sosialisasi Genbest ini, para remaja Sikka juga dapat menjadi agen komunikasi dalam mensosialisasikan dan mengomunikasikan mengenai pencegahan stunting kepada teman-teman sebaya mereka, baik melalui tatap muka maupun melalui sosial media,” jelas Marolli.
Kementerian Kominfo telah melakukan kampanye masif di berbagai kanal mengenai percepatan penurunan prevalensi stunting. Salah satunya adalah dengan melaksanakan kegiatan Forum Sosialisasi Genbest. Tak hanya melalui Forum Sosialisasi Genbest, para remaja bisa mendapatkan informasi lebih lanjut seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid serta @infokompmk.
Generasi muda dapat pula mengunduh aplikasi android ‘Anak Sehat’ untuk mengetahui informasi mengenai kesehatan ibu dan anak serta sebagai alat pantau digital tumbuh kembang anak.
Dukungan Pemkab Sikka
Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yakni sejak janin hingga anak berusia 24 bulan sudah menjadi permasalahan global.
Di Indonesia, angka stunting memang sudah mengalami penurunan, dari 37,2 persen menurut hasil Riskesdas 2013 menjadi 30,8 persen menurut Riskesdas 2018. Meskipun persentase tersebut turun signifikan, tapi angka tersebut masih tinggi dibandingkan dengan batas wajar yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) yakni sebesar 20 persen.
Kabupaten Sikka terpilih menjadi tempat dilaksanakannya sosialisasi GenBest dikarenakan merupakan satu dari 60 kabupaten/kota prioritas stunting di tahun 2019. Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diobo menargetkan dalam kurun waktu dua sampai tiga tahun Kabupaten Sikka akan bebas dari stunting.
“Angka stunting sudah turun dari 41,3% menjadi 33,7%. Saya menargetkan dalam dua sampai tiga tahun lagi SIkka sudah bebas stunting,” ungkapnya.
Menurut Bupati Fransiskus Diobo, pihaknya memberikan perhatian serius terhadap stunting karena akan memengaruhi penyiapan sumberdaya manusia unggul untuk Indonesia maju.
“Masalah ini bukan masalah kesehatan saja, tapi sangat kompleks dan intervensinya pun bermacam. Mulai dari kesehatan sampai pekerjaaan umum seperti penyediaan air besih dan sanitasi.
Generasi remaja harus lebih canggih, kalian sebagai pemimpin negara di masa depan harus persiapkan diri dari sekarang,” jelasnya.
Bupati Sikka mengajak generasi muda untuk ikut aktif mengampanyekan sadar stunting yang digagas oleh Kementerian Kominfo. “Kampanye, kita harus kampanye. Memang kampanye yang efektif dari mulut ke mulut karena itu kita harus aktif dan berkomitmen,” ungkapnya.
Acara sosialisasi itu melibatkan 150 orang siswa SMA, mahasiswa UNIPA, dan perwakilan dari desa desa prioritas di Kabupaten Sikka, yaitu: Nitunglea, Tua Bao, Tanarawa, Runut, Egon Gahar, Napugera, Aibura, Ilinmedo, Kojagete, dan Natarmage. Selain pemberian materi, acara genbest juga diisi dengan permainan interaktif dengan tema stunting. Mulai dari roda gila, cari kata, dan arcade game.
Pantau info terbaru perempuanriang.com di Google News