Pada tanggal 27 Maret 1992, Suster Abhaya ditemukan tewas terapung di kolam air di asrama Gereja St. Pius X di Kottayam, Kerala, India.
Suster Abhaya adalah seorang suster Katolik yang berusia 19 tahun saat itu dan tinggal di asrama tersebut bersama suster-suster lainnya. Kematiannya dianggap sebagai pembunuhan karena terdapat luka di kepalanya dan tangan serta kakinya terikat.
Proses pengungkapan kasus ini membutuhkan waktu yang sangat panjang karena banyaknya hambatan dan intervensi dari pihak-pihak yang berkepentingan.
Beberapa pihak yang terlibat dalam kasus ini, termasuk polisi, gereja Katolik, dan politisi setempat, dikatakan telah mencoba menutupi kasus ini. Selain itu, bukti-bukti fisik juga hilang dan saksi-saksi yang awalnya memberikan kesaksian mengubah kesaksian mereka di kemudian hari.
Ada beberapa upaya untuk menutupi kasus pembunuhan Suster Abhaya. Salah satu upaya yang paling terkenal adalah pembuangan jenazah Suster Abhaya sebelum otopsi dilakukan.
Tindakan ini membuat penyelidikan awal menjadi sangat sulit dan membuat banyak bukti hilang. Selain itu, ada juga tuduhan bahwa beberapa saksi mengalami tekanan untuk mengubah kesaksian mereka.
Proses hukum panjang
Setelah proses yang panjang dan rumit, kasus pembunuhan Suster Abhaya akhirnya terungkap. Kasus ini telah bergulir selama hampir 28 tahun sebelum pelakunya dijatuhi hukuman pada 2020.
Pada awalnya, kasus ini dinyatakan sebagai bunuh diri oleh polisi setempat, tetapi keluarga Suster Abhaya bersikeras bahwa dia dibunuh. Setelah beberapa tahun, penyelidikan ulang dilakukan dan kasus ini didakwa sebagai pembunuhan pada tahun 2008.
Pada tahun 2019, Majelis Tinggi Kerala membatalkan pembebasan dua terdakwa, seorang pastor dan dua suster yang dianggap terlibat dalam pembunuhan tersebut.
Akhirnya pada 23 Desember 2020, ketiga terdakwa, yaitu pastor Thomas Kottoor, suster kongregasi Jessy dan mantan suster Sephy dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan NIA (National Investigation Agency) India, atas dakwaan pembunuhan Suster Abhaya.
Dalam proses pengungkapan kasus ini, banyak pihak mengkritik lambannya proses pengadilan dan adanya intervensi dari pihak-pihak yang berkepentingan. Namun, akhirnya keadilan ditegakkan dan pelaku pembunuhan Suster Abhaya dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.
Suster berdedikasi
Suster Abhaya dianggap sebagai seorang suster yang berdedikasi dan memiliki semangat yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Dia bergabung dengan biara pada usia yang sangat muda dan mengambil sumpah sebagai suster pada tahun 1991, hanya beberapa bulan sebelum kematiannya.
Suster Abhaya dikenal sebagai seorang murid yang berbakat dan bersemangat dalam belajar, terutama dalam bidang sains dan matematika. Selain itu, dia juga sangat menyukai kegiatan olahraga seperti bulutangkis.
Sebagai seorang suster, Suster Abhaya berdedikasi untuk melayani masyarakat dan membantu mereka yang membutuhkan. Dia juga dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan selalu siap membantu sesama.
Meskipun hidupnya yang singkat, Suster Abhaya meninggalkan kesan yang kuat pada orang-orang di sekitarnya dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Kematian tragisnya menjadi perhatian dunia dan menunjukkan betapa pentingnya menjaga keamanan dan keadilan bagi semua orang, termasuk para petugas kesejahteraan sosial dan agama yang mendedikasikan hidup mereka untuk melayani orang lain.
Pantau info terbaru perempuanriang.com di Google News