Apa yang terjadi jika seorang gadis berpenampilan sederhana ternyata diam-diam membocorkan rahasia negara? Alih-alih seorang spionase namun ternyata ia berniat melakukan tindakannya sebagai bentuk pengabdiannya kepada warga negaranya.
Paling tidak itu yang coba diakui Reality Winner, seorang wanita berusia sekitar 26 tahun yang ditangkap oleh agen FBI dirumahnya selepas ia beraktifitas sebagai seorang instruktur Yoga.
Hari itu Reality, yang diperankan oleh Sydney Sweeney melakukan aktifitas seperti biasa. Berpakaian santai dengan kemeja putih, hot pants jeans dan sepatu sneaker. Reality tampil kasual hingga akhir film. Sederhana dan tak rumit.
Latar belakang rumah sewa biasa dengan dua binatang peliharaan kesayangan anjing dan kucing. Gambaran itu seperti mencoba dimunculkan oleh sutradara Tina Satter.
Seperti juga plot film yang digulirkan. Mengalir perlahan namun membuat penonton bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan Reality hingga ia didatangi 10 orang agen FBI. Percakapan yang mengalir begitu natural, seolah-olah seperti benar-benar sebuah film documenter penangkapan tanpa narasi rekayasa.
Dua agen FBI yang dimunculkan di awal yaitu Garrick dan Taylor, juga begitu tidak tergesa-gesa menyudutkan Reality dengan pertanyaan-pertanyaan bernada interogasi. Semua mengalir wajar tentang keseharian.
Hingga penonton akan mulai terkejut dan menyadari kejanggalan, saat para agen menanyakan tentang senjata. Jelas Reality pasti bukan wanita biasa pada umumnya karena memiliki koleksi senjata demikian berderet.
Paruh waktu pertama film, meski tidak membosankan, akan sedikit menimbulkan pertanyaan bagi penonton terutama mengenai jalan cerita. Namun paruh kedua, beberapa petunjuk mulai bermunculan.
Terkait akses dokumen, bagaimana cara Reality membawa dokumen itu hingga berupaya menyebarkannya. Film yang berdasarkan peristiwa nyata ini, dialog-dialognya diambil sepenuhnya dari transkrip rekaman suara pada saat peristiwa penangkapan terjadi. Yaitu 25 hari setelah pernyataan Presiden Trump yang meminta Presiden Clinton mundur atas kekalahannya pada Pemilu, atau tepatnya pada 3 Juni 2017 di Augusta, Georgia.
Reality didakwa di bawah Undang-Undang Spionase karena membocorkan rahasia negara atas keterlibatan Rusia dalam sistem pemungutan suara Amerika.
Dengan durasi penuh sekitar 1 jam 22 menit, film Reality seperti sebuah pemaparan tentang kesederhanaan di balik sebuah kerumitan dan isu besar yang coba diangkat oleh Tina Satter.
Beberapa film tentang spionase yang kita tahu, selama ini disajikan berat, menegangkan dan mungkin sarat dengan aksi dan narasi yang terkadang sulit dicerna.
Namun tidak dengan Reality. Alur cerita yang sederhana, dialog-dialog yang mengalir sederhana semua muncul begitu memikat dibalut akting yang sangat natural.
Akhir cerita yang dramatis, akan membuat penonton tak kecewa dan menjadi kredit poin tersendiri. Pun pesan kutipan yang disampaikan oleh Reality Winner di akhir tayangan. “I knew it was secret. But I also knew I had pledged service to the American people”.
Ia sesungguhnya hanya sekedar ingin melayani rakyat Amerika. Sesederhana itu bukan?
Pantau info terbaru perempuanriang.com di Google News