Jakarta – Menerima diagnosis penyakit kanker bukanlah perkara yang sederhana. Banyak orang bahkan cenderung menghindari pengobatan hingga penyakit mencapai tahap lanjut sebelum memeriksakan diri ke dokter.
Dalam 10 tahun terakhir, kanker payudara telah menjadi jenis kanker dengan kasus terbanyak di Indonesia, baik dalam hal jumlah kasus baru maupun angka kematian. Data menunjukkan bahwa setiap hari, 1 dari 8 perempuan berpotensi mengalami kanker payudara dalam hidupnya.
Berdasarkan data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara di Indonesia mencapai 16,6 persen dari total 396.914 kasus baru kanker pada perempuan. Fenomena ini menjadikan kanker payudara sebagai penyebab utama kanker pada perempuan di Indonesia.
Namun, meskipun kesadaran mengenai risiko kanker payudara semakin meningkat, sayangnya, sekitar 70 persen pasien yang datang ke rumah sakit telah memasuki tahap lanjut penyakit. Fakta ini menggarisbawahi pentingnya deteksi dini, diagnosis, dan pengobatan awal kanker payudara guna meningkatkan angka kesembuhan dan mengurangi angka kematian.
Linda Agum Gumelar, Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), menjelaskan bahwa di Indonesia, kanker payudara tetap menjadi penyakit paling umum pada kalangan perempuan. Jumlah kasusnya mendekati 66 ribu (30,8 persen), dengan lebih dari 22 ribu kematian (Data Globocan 2020).
Tingginya angka kematian ini sebagian besar disebabkan oleh fakta bahwa hampir 70 persen pasien kanker payudara terdiagnosis pada tahap lanjut, sehingga peluang kesembuhan menjadi lebih kecil. Dalam kondisi yang berbeda, jika ditemukan pada tahap awal, kualitas hidup pasien akan lebih baik.
Inilah yang mendasari Visi YKPI, yakni mewujudkan “Indonesia Bebas Kanker Payudara Stadium Lanjut”. YKPI telah berusaha melaksanakan program pendampingan bagi pasien kanker payudara sebagai bagian dari komitmennya.
Salah satu program unggulan adalah Pelatihan Pendamping Pasien Kanker Payudara Bersertifikat Internasional TUV Rheinland. Program ini telah berlangsung sejak tahun 2015 hingga 2019, dengan pelaksanaan tahunan sekali. Namun, sejak tahun 2020 hingga 2022, program ini terhenti akibat pandemi COVID-19.
Dalam pelatihan ini, peserta tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang deteksi dini kanker payudara, tetapi juga belajar untuk memberikan pendampingan yang baik kepada pasien dan keluarganya serta memahami aspek psikologis pasien. Selain itu, program ini didukung oleh TUV Rheinland Indonesia sebagai lembaga sertifikasi profesi internasional.
Linda menambahkan bahwa dukungan dari berbagai pihak, termasuk Ibu Prita Kemal Gani sebagai CEO London School of Public Relation (LSPR) dan PT Paragon Technology & Innovation (Wardah Cosmetics), telah memperkuat pelaksanaan program pendampingan ini.
“Harapannya, melalui pelatihan ini, saya bisa memahami lebih dalam tentang deteksi dini kanker payudara dan juga bagaimana menjadi pendamping yang lebih empatik dan memahami psikologi pasien dan keluarganya,” kata Linda seperti yang terdapat dalam siaran pers yang diterima pada Minggu (27/8/2023).
Pantau info terbaru perempuanriang.com di Google News