Judul Buku | : | Mimpi 3 Pengelana |
Pengarang | : | Irfan Afifi |
Jumlah Halaman | : | 128 |
Penerbit | : | Tanda Baca |
Buku ini merupakan kumpulan kisah hikmah oleh Irfan Afifi yang diterbitkan tahun 2021. Sudah dua tahun berlalu namun kisah-kisahnya masih relevan untuk dijadikan cermin berlaku dalam kehidupan keseharian.
Buku setebal 128 halaman ini berisi sebanyak 27 kisah bijaksana dari para sufi, darwis, khalifah dan sahabat. Bagaimana manusia begitu memuja simbol tapi melupakan hal-hal yang lebih mendasar yaitu potensi diri, kemampuan dalam memecahkan masalah dan bertahan hidup serta kemauan untuk menghadapi berbagai tantangan.
Terkadang manusia abai dan bahkan lupa pada hal-hal sederhana disekitarnya yang bisa dijadikan pijakan saat menghadapi problem hidup yang rumit. Lelaki Pengelana Yang Tubuhnya Dimasuki Ular maupun 3 Orang Tuli Yang Berhadapan Dengan Sufi Bisu serta Kesalahan Seorang Pemuja Logika mengisahkan tentang hal ini.
Masih banyak orang yang terkesan oleh sesuatu yang tidak dipahami lalu menghargainya secara berlebihan. Terdengar familiar bukan? Apalagi di era keseharian saat ini yang sarat dengan pemujaan simbol kesuksesan dan kekuasaan yang kerapkali tampil dalam linimasa dunia sosial kita.
Nasehat tentang kebenaran hidup yang sesungguhnya tidak rumit akan kita temukan dalam kisah Kebenaran Pernyataan Sufi Omar Taragona. Sementara kesederhanaan dan kebijaksanaan bisa kita dapatkan dari kisah Berhaji Tanpa Naik Haji, Penjaga Air Surga Padang Pasir, maupun Ewuh Pakewuh Rasulullah Muhammad SAW.
Sementara Mimpi Tiga Pengelana yang dijadikan judul utama oleh buku ini, mengisahkan tentang rumitnya memecahkan persoalan siapa yang paling berhak menerima sepotong roti dan beberapa teguk air terakhir diantara 3 orang pengelana, yang tengah melakukan perjalanan di padang pasir.
Mereka mencoba mencari jalan keluar atas persoalan itu melalui mimpi. Namun di akhir cerita, penulis mencoba untuk mengajak pembaca untuk menemukan sendiri apa yang menjadi titik akhir dan pesan cerita.
Irfan Afifi kerapkali seperti mencoba memancing tanda tanya terkait inti cerita pada beberapa kisah di dalam buku ini. Memang bukan buku cerita yang berat untuk dicerna, namun sedikit memancing untuk berfikir bijak tentang kehidupan.
Sayang terdapat beberapa kesalahan penulisan susunan kata dalam kalimat, hingga tak jarang sedikit membuat rumit pemaknaan cerita. Namun hal itu tidak membuat buku ini layak dilewatkan begitu saja.
Seperti yang disebutkan dalam kisah Raksasa yang Dipandu Kebiasaan yaitu “Tak akan ada nilai sebuah perbuatan jika perbuatan tersebut tak dijalankan tanpa memulainya dari usaha minimal dari jumlah keseluruhan kemampuan usaha tersebut”. Jadi sebaiknya mulai membaca saja dan maknai sendiri pesan ceritanya.
Pantau info terbaru perempuanriang.com di Google News